1 Hari 7 Cinta 7 Penolakan (Bag. 2)

Diposting oleh Ali Kopyor 0 komentar

Menjadi Jomblo Ngenes Tingkat Dasar saja, aku sudah nggak tahan. Apalagi kalau sudah menjadi Jomblo Ngenes Tingkat Intermediate, mending aku operasi kelamin saja. Aku nggak bisa bayangin menjadi Jomblo Ngenes Abadi (JNA), amit-amit (sambil mengetuk meja). Kalau sampai ke level itu, mending aku dilahirkan kembali menjadi kodok.
Sebagai salah satu jombloer, aku juga selalu do’a pada Tuhan atas ke-jomblo-an ini. Aku pikir semua jomblo juga melakukan hal yang sama. Apalagi ketika sedang mengejar seseorang yang aku cinta. Do’aku adalah ”Tuhan, dekatkan ia padaku bila ia memang jodohku. Bila ia bukan jodohku, maka jodohkan kami, kemudian dekatkan ia padaku”. Aku yakin do’a berikut juga dipanjatkan oleh jombloer seindonesia. ”Tuhan, bila aku harus melalui menjadi jomblo, maka jadikanlah aku jomblo yang bahagia, atau berikan seorang kekasih saja. Jadi aku tak perlu menjadi jomblo bahagia melainkan pasangan yang bahagia, amien”.
Suatu  hari Tuhan mengabulkan do’aku dengan mengirim dewa cinta padaku. Betapa senang hatiku karena sebentar lagi akan mempunyai seorang kekasih dan bahkan aku dapat memilih siapa pun yang aku suka. Dari jeniffer aniston, jeniffer love howit sampai jeniffer lopes. Tapi sebenarnya aku lebih suka yang lokal saja. Yang menjadi masalah adalah dewa cinta yang dikirimkan padaku adalah dewa cinta yang buta. Bagaimana ia membidikkan panahnya dengan tepat bila melihat saja ia tak bisa. Ini benar-benar masalah besar karena sudah banyak yang kena bidikan panah asmara sang dewa secara tak sengaja. Parahnya semuanya menjadi jatuh cinta padaku namun tak satupun yang aku sukai. Suketi, pembatu bapak kos jadi tergila-gila padaku. Bagaimana aku mempertahankan reputasiku bila aku pacaran sama pembokat? Ibu kos istri bapak kos juga tiba-tiba rajin memberi makanan, bahkan suami dan anaknya sering nggak kebagian jatah. Belum lagi Joko yang jadi sering minta menginap di kosku. Dia adalah tetangga kamar kosku, untuk apa coba mau nginap segala, kalau pintu kamarnya berjarak 10 cm dari pintu kamarku. Anjing yang biasa menggonggong bila aku melewati rumah majikannya, tiba-tiba jinak dan sukanya bermanja-manja di kakiku. Begitu juga sama kambing yang ada di ujung gang, sering datang dan membawa rumput yang ditaruhnya di depan pintu kamarku. Dipikir aku makan rumput, apa? Yang lebih parah yang terjadi pada kulkasku. Sekarang setiap air putih yang aku masukkan, pas aku ambil lagi sudah menjadi teh manis. Kadang roti-roti sudah berlapis selai atau mentega. Sepertinya dia mencoba dengan perhatian-perhatian seperti itu. Yang paling membuat aku marah adalah hapeku. Semenjak terkena busur nyasar dari dewa cinta, hapeku sering berdering sendiri walau tidak penelpon masuk. Sms cinta tanpa pengirim setiap saat muncul tanpa henti. Bila ada telepon yang masuk dari nomor cewek langsung saja di ignore. Temanku ade, ari, dede dan kiki tak satupun bisa menelpon ke hapeku, karena pikir hapeku, itu adalah nomor-nomor cewek, padahal nama-nama itu semua berjenis kelamin laki-laki. Hapeku juga cemburu sama emakku, gara nama emakku di kontak adalah ”my lovely emak”. Setiap emak telepon selalu saja di ignore sampai emakku pikir aku sudah menjadi batu seperti malin kundang yang durhaka itu. Rasanya aku mau banting saja itu hape, tapi mengingat itu hape satu-satunya, akupun pasrah.


Bersambung ke bag.3

1 Hari 7 Cinta 7 Penolakan (Bag. 1)

Diposting oleh Ali Kopyor 0 komentar

Pada dasarnya setiap manusia pernah mengalami masa-masa jomblo. Anggap saja edialnya (koreksi: ideal-nya) manusia mulai pacaran mulai kelas 1 SMU. Bila sampai kelas 3, ia belum dapat pacar juga, itu artinya ia telah 3 tahun menjomblo (ngenes tingkat dasar). Bila pas wisuda sarjana masih belum juga punya pacar, itu artinya ia telah 7 tahun menjomblo (ngenes tingkat intermediate). Kemudian 2 tahun ia bekerja dan belum punya pacar alias jomblo alias nggak punya pasangan alias alone bin sendiri, maka ia dikategorikan jomblo ngenes tingkat advance. Diatas tahun-tahun itu maka disebut sebagai Jomblo Ngenes Abadi (JNA). Ciri-cirinya adalah kulit mulai keriput, kalau bicara mulai gagap, tidak percaya diri yang kronis, kadang demam tanpa sebab, mual, muntah. Yang lebih menonjol adalah mata merah, gigi kuning (mabuk ta* kali).
Jadi kamu-kamu yang sekarang sudah punya pasangan jangan pernah sombong pada jombloer, karena kamu juga pernah merasakan menjadi jomblo, kecuali buat kamu yang begitu dilahirkan langsung nembak bayi cewek yang dilahirkan di hari yang sama yang ada di box sebelah. Menjadi jomblo pastilah bukan sebuah pilihan, karena setiap orang yang pernah menjadi jomblo pasti tidak akan pernah mau menjadi jomblo kembali. Begitu tragisnya menjadi jomblo, sampai seorang profesor dari negeri antabrantah menganalogikan jomblo sebagai berikut:
Menjadi jomblo itu seperti sunat. Cukup sekali seumur hidup, tidak ada yang mau menulangnya.
Jomblo itu ibarat orang yang menginjak kotoran kebo, maunya dibersihkan sampai bersih.
Jomblo itu seperti orang yang di kejar anjing, pengennya lari dan meninggalkan sampai tak terkejar.
Menjadi jomblo itu susah. Masak, masak sendiri. Makan, makan sendiri..... tidur pun sendiri (lagu dangdut, mang? Tarik, mang!!)
Jomblo itu seperti penyakit panu. Perlu diobati dari luar, dari dalam, oleh dokter, oleh dukun, pakai obat paten, pakai obat herbal, cara tradisional, cara modern. Namun sayang belum ada operasi untuk penyakit panu.
Masih seperti point diatas, orang yang punya panu pasti di sembunyikan. Jomblo juga begitu, bila ada yang nanya pasti jawabnya ”Aku tidak jomblo, LDR aja, pacarku di luar kota”. Ada juga yang bilang pacarnya di luar pulau, luar negeri, luar angkasa, bahkan luar alam semesta. (emang pacaran ama pocong?)
Jomblo itu layaknya orang yang meninggalkan kekasih. Saat pergi, jangan pernah menengok kebelakang. (yang ini bisa juga dianalogikan seperti orang yang baru keluar dari rumah tahanan)
Jomblo terkadang dianalogikan seperti makan taoge, sedang punya pacar itu dianalogikan seperti makan burger. (jadi lapar ei)
Jomblo itu seperti melempar sampah, setelah di lempar, tak mungkin di pungut kembali. (kecuali oleh pemulung).
Jomblo itu seperti hape, kalau ada yang lebih canggih, yang lama akan ditinggalkan.
Jomblo itu seperti orang yang kecebur sumur, kalau sudah diatas, tak mungkin mau menyeburkan diri . (bodoh banget orang yang udah mati-matian berusaha sampai diatas, ketika sampai diatas malah terjun lagi. Hanya orang gila yang melakukan hal itu)
Orang yang punya pacar, malam minggu selalu kencan berdua saja, kalau jomblo kencannya sama tipi. Kadang sama kipas angin, kadang sama kulkas.
Jombloer selalu berfikir bahwa ia yang paling menyedihkan, padahal masih banyak jomblo-jomblo yang senasib sepenangungan.
Kentut itu seperti jomblo, tak ada yang mau ngaku siapa pemiliknya.
Jomblo itu seperti tisue, sekali pakai tidak ada ada yang mau pakai lagi. Cukup sekali dalam hidup menjadi jomblo.
Menjadi jomblo itu seperti sedang sariawan, makan salah, nggak makan salah, jadi jomblo selalu serba salah.
Jomblo tak beda dengan dengan membela durian, udah dibuka dan dimakan buahnya, kulitnya langsung dibuang (sumpah deh, ini analogi yang nggak ada nyambung-nyambungnya. Ali kopyor pakai babydoll, dasar dodol).
Jomblo itu kayak anak kos yang setiap hari makan mie instan. Nggak suka tapi harus.
Rasanya menjadi jomblo itu seperti nonton film di tipi sama calon mertua. Biar filmnya jelek abis, tetap saja ditonton sampai abis. (pertanyaannya dimana ada jomblo yang mempunyai calon mertua? dasar kopyor abis)
Bersambung ke bag 2.........

Filosofi Kentut (bag. 3)

Diposting oleh Ali Kopyor 1 komentar

Setelah aku naik angkutan umum, akhirnya aku sampai di kampus. Lele sialan itu telah meninggalkan rasa sakit di tempat paling ”keramat”. Aku jalan seperti bocah yang baru di sunat (mungkin juga lele itu benar-benar telah melakukannya). Benar juga beberapa orang menanyaiku tentang kemungkinan itu. Ketika aku mengiyakan, muka mereka seperti orang berhasil memasukkan benang pada jarum (sungguh perumpamaan yang nggak nyambung).
Kelas telah penuh dengan mahasiswa dan sebuah eh seorang dosen sedang serius mengajar mata kuliah ilmu filsafat. Mata kuliah yang menurutku perlu dibumi hanguskan karena selain jauh dari praktek, aku juga nggak pernah mengerti dengan mata kuliah yang satu ini. Apalagi dosennya super duper galak, sadis bin raja tega. Mahasiswa yang meremehkan mata kuliahnya dapat dipastikan mendapa nilai seragam. Yaitu ”D” plus. ”D” plus itu singkatan dari ”dong-dong”  plus bego. Aku sudah mengulang mata kuliah ini dua kali. Kalau sampai tiga kali, mungkin aku akan mendapatkan bonus gelas cantik atau payung. Dan sekarang aku terlambat mengikuti mata kuliahnya. Apa yang bisa aku perbuat???
Tiba-tiba aku mendapat ide. Aku akan bikin Pak dosen Wali keluar (ia bukan seorang dosen wali. Namanya memang Wali, sumpah), baru aku masuk ke dalam kelas. Ide yang cemerlang. Pertanyaannya: bagaimana caranya membuat pak Wali keluar dari kelas? Benar-benar pertanyaan yang tak muda untuk dijawab. Berfikir aku hingga seperti orang bego (klarifikasi: dari awal tulisan ini dibuat, yang namanya menyot memang sudah bego dari lahir). Satu-satunya cara adalah membuat dosen itu ketakutan sehingga meninggalkan kelas. Hal yang membuat ia ketakutan hanya 3 hal: ular, tusuk gigi, dan banci. Ketiga sangat sulit didapat di kampus. Seandainya aku pawang ular, akan ku panggil semua ular yang sedang sembunyi di semak-semak taman kampus. ”Sapi’i!!!!” teriakku, aku teringat teman yang di fakultas ilmu kebatinan dan paranormal . ia seorang pawang. Bergegas aku berlari menuju kelas Sapi’i. Ia masih ada kelas namun aku berhasil menculiknya. Aku langsung mengutarakan maksudku dan iapun langsung mengerti. ”Aku mau bantu kamu. Masalahnya aku bukan pawang ular. Aku pawang hujan” katanya sembari melipat-lipat wajah karena geramnya. Hilang sudah 1 harapanku untuk membuat pak Wali keluar dari kelas. Harapan kedua adalah tusuk gigi. Tak mungkin aku mencari ke kantin kampus. Boro-boro tusuk gigi, tisu saja tak ada ada. Ibu kanti tak menggunakan tisu melainkan kain lap yang menyerupai kain pel yang di gantung di tengah-tengah ruangan. Itupun cuma satu-satunya. Setelah melihat ranting pohon jambu, ide lainpun tiba-tiba muncul begitu saja. Mengapa tidak membuat tusuk gigi dari ranting pohon jambu? Ide yang cemerlang. Aku tahu tak ada pisau untuk membuat tusuk gigi dan aku bukan orang bodoh. Tak ada pisau, gigipun jadi. Beberapa orang yang melihatku, berfikir bahwa aku sedang bermain kuda lumping dan kesurupan sehingga memakan ranting pohon jambu. Aku tak perduli. Demi bisa masuk dalam kelas tanpa ketahuan dosen, apapaun aku akan lakukan. Setelah beberapa saat setelah perjuanganku selesai, akupun melihat hasil kerja gigiku. Aku tak melihat ada tusuk gigi disana. Ranting itu menjadi lebih mirip seperti pensil ketimbang tusuk gigi. Tak ada tusuk gigi sebesar pensil. Kecuali daging yang nyangkut digigi kuda nil, akan memerlukan tusuk gigi sebesar ini. Gagal lagi harapan ku yang kedua. Tingallah satu harapan lagi, mencari bencong alias banci. Ide cemerlang kembali muncul. Aku kasih tahu nanti apa itu idenya. Cukup aku dengan tuhan saja yang tahu. Untuk melaksanakan ide itu aku berlari menuju bangunan yang ada tak jauh dari kawasan kelas fakultas kesenian dan astrologi (hubungannya apa coba? Kesenian dengan bintang-bintang? Bintang kesenian? Sudahlah, nggak penting dibahas). Disitu ada basecamp untuk anak-anak teater. Aku cari temanku yang bernama ucok. Ia adalah manusia yang paling terobsesi untuk menjadi bintang film. Peran apapun akan ia lakukan asalkan ia diajak berakting. Selama ini ia telah sukses memerankan marmut, wastafel bahkan pispot. Ketika bertemu, aku utarakan maksudku agar dia berakting sebagai banci. Betapa senangnya ia mendapat peran itu mengingat telah lama tak mendapatkan job. Ia berlutut mencium kakiku, saking bersyukurnya. Setelah melakukan make up seadanya, kamipun berjalan menuju kelasku. Ucok lebih mirip orang gila daripada banci, tapi perduli setan dengan hal itu. Yang penting misiku berhasil. Titik.
Dengan pakaian banci pinggiran, Ucok berjalan sendiri melenggang menuju kelasku. Ia mengaku sebagai Uci, pertukaran mahasiswa dari Medan. Seperti dugaan, pak Wali mendengarkan perkenalan itu dengan tegang dan kaku. Ucok ternyata melakukan tugasnya dengan baik. Tak lama kemudian pak Wali pergi meninggalkan kelas dengan alasan akan menanyakan apakah benar ada pertukaran mahasiswa. Namun anehnya kepergian pak Wali meninggalkan genangan di tempat duduknya. Rupanya ia terkencing saking takutnya.
Kepergian pak Wali diikuti dengan kepergian Ucok alias Uci. Untuk pertama kali dalam sejarah, teman-teman mengucapkan terima kasih padaku. Paling tidak mereka bisa mengurangi ketegangan sejenak. Karena biasanya para mahasiswa akan mengalami ejakulasi dini bila berada dalam ketengangan kelas pak Wali. Namun uforia itu tidak lama berlangsung. Pak Wali datang bersungut-sungut mengetahui kalau tidak ada pertukaran mahasiswa. Ia melanjutkan kuliah, dan kelaspun kembali tegang. Aku sudah berhasil berada dalam kelas tanpa diketahui bahwa aku telah terlambat. Betapa senang hatiku bisa ngerjain dosen paling killer sejagat raya. Namun tiba-tiba perutku terasa tak nyaman. Mungkin kelamaan berendam di empang jadi aku masuk angin. Mataku mulai berair, perutku mengejang, gigi gemertak, tangan mengepal erat-erat. Aku sudah tak tahan, rasanya aku ingin KENTUT.
Tapi bunuh diri namanya bila sampai kentut di kelas pak Wali. Jangankan suara kentut, semua mahasiswa menahan nafasnya agar tidak terdengar oleh dosen ”pembunuh” itu. Suasana kelas benar-benar hening, kecuali suara pak Wali yang menggelegar. Manik hitam mataku telah berubah menjadi putih, air liur sudah tak terkendali mengalir dari bibir, aku sudah tak tahan ingin kentut. Dalam kekalutan, tiba-tiba ada lampu menyala diatas kepalaku (nb: sebuah solusi maksudnya). Bila ada suara lain membaking suara kentut, mungkin suara kentut itu justeru tak terdengar seperti suara kentut. Prefect!!!!. Segera aku eksekusi ide tersebut. Aku coba mendorong kursi kosong yang ada didepanku, dan ternyata menghasilkan suara seratan yang cukup keras. Pak Wali melirik, namun karena hal itu masih dianggap kejadian yang wajar, maka iapun mengacuhkannya. Suara kursi yang diseret dan kentut akan menghasilkan suara yang merdu ketimbang hanya suara kentut. Aku akan kentut bersamaan aku menyeret kursi sehingga suara akan terdengar bersamaan. Begitu idenya.
Aku seret kursi sedikit kuat agar suaranya lebih nyaring dari sebelumnya. Benar juga, suara seretan kursi terdengar nyaring. Tapi mana kentutku? Mengapa belum terdengar juga. Aku paksakan agar kentut dapat keluar ”tutt tuttt tutttttt pret” akhirnya terdengar juga itu suara kentut. Masalahnya suara kentut terdengar setelah suara seretan kursi. Jadi tetap saja suara kentut itu terdengar seantero kelas. Semua mahasiswa plus dosen menatapku dengan penuh kengerian. Mereka seakan-akan akan mencincangku hidup-hidup. Ada yang bawa parang, golok, badik, clurit, mandau, panci, wajan, sepatu bola, bendera dan lain-lain. Mereka siap-siap memakanku setelah dicincang. ”Kentut?????” teriak pak Wali ”Kentut......” ulangnya yang seakan telah mencabut nyawaku. Mukannya yang memang seperti malaikat pencabut nyawa menghadapku. Matanya yang merah melotot tinggal menunggu jatuhnya saja. Sementara aku sudah kencing di celana saking takutnya. Tanganku gemetar setengah mati, bahkan pulpen yang aku pegang terlempar entah kemana. Sekarang aku menjadi sekecil kacang hijau dan pak wali menjadi sebesar raksasa. Lidahnya menjulur dengan air liur yang menetes kemana mana. ”kentut juga ada filosofinya” tambahnya renyah. Kamipun kembali keukuran semula. ”Sifat manusia bisa dilihat dari cara kentutnya” Pak Wali lebih mendekat ke kursiku yang mulai basah oleh kencingku sendiri. ”Orang seperti Kopyor itu munafik, karena sebenarnya ia ingin kentut tapi ia tidak mau mengakuinya, makanya bunyi kentutnya selalu akan disembunyikan” jelasnya yang cukup membuatku shock karena bagaimana dia bisa tahu akan maksudku itu. Aku masih tak berani berkomentar. Pak Wali tak marah karena aku kentut sembarangan saja aku sudah syukur. Aku berjanji memberikan sesaji pada pohon beringin yang berada di perempatan jalan dekat kos. Kemudian Pak Wali membagikan secarik kertas berisi materi kuliah, yang membuat kami shock yang berisi tentang filosofi kentut. Begini isi lengkapnya

Sifat Manusia dilihat dari cara kentutnya
Selain melalui horoscope, sifat manusia juga dapat dilihat dari cara kentutnya. Adapun sifat-sifat yang dimaksud adalah.
Pemalas             : Orang yang tidak mau kentut dikarena malas. Ciri-cirinya yaitu sering menunda kentut sampai benar-benar tidak dapat menahannya.
Rajin                 : Orang yang ingin kentut namun, karena sifatnya yang rajin maka ia  memaksakan agar sering-sering kentut.
Pemalu               :  Setiap kentut, mukanya merah menahan malu.
Bijaksana            :   Ia tahu kapan waktunya kentut, dan kan waktunya untuk menyimpannya.
Pendendam        :  Bila ada orang yang kentut, maka ia akan segera membalas dengan kentut juga.
Egois                :  Orang ini tak bisa melihat atau mendengar orang lain kentut. Bila ada yang kentut dengan suara nyaring maka ia akan mengeluarkan kentutnya dengan suara yang lebih nyaring. Bila orang lain kentut dengan bau yang busuk, maka ia akan berusaha mengeluarkan kentutnya dengan bau yang lebih busuk.
Periang             :   Setiap kentut ia pasti tersenyum, baik ketika sendirian maupun lagi dalam pesta sunatan.
Perfesionis        :  Ia akan berusaha menyeimbangkan bunyi kentutnya dengan nada-nada pada alat musik tertentu, seperti gitar, piano, atau drum.
Kekanakan            :   Suka main-main dengan kentut
Jujur                    :   Setiap kentut, ia mengaku bahwa ia yang sedang kentut
Pengadu Domba    : Ketika ia kentut, ia akan membisiki pada seorang teman bahwa teman yang lain yang kentut. Hal itu kuja dibisikkan pada teman yang difitnah tersebut.
Hemat                 :   Sebisa mungkin ia menghemat kentut dalam sehari
Pembersih           :   Setiap kentut, orang tersebut akan mencuci tangannya
Pemarah             :   Setiap ada orang yang kentut, maka orang ini akan marah-marah. Hal yang sama juga terjadi saat ia sendiri yang kentut.
Sok Tahu            :   Bila ada orang lain kentut maka ia akan berkomentar ”Oh, ini pasti kentut si anu”
Pemberani          : Tetap kentut walaupun sedang berada di kuburan paling angker sekalipun.
Suka panik          :   Bila ada sesuatu yang membuatnya panik, maka ia akan kentut.
Penghitung        :   Ia akan menghitung setiap kentutnya setiap harinya, kemudia ia mencatatnya dalam suatu jurnal
Analis                :   Masih berhubungan dengan sifat diatas, namun ia akan membuat analisa dari kentutnya dalam periode tertentu.
Pema’af             :   Bila ia kentut maka ia akan minta ma’af pada orang sekitarnya.
Tugas untuk mahasiswa: Cari 100 sifat lagi dan bagaimana cara kentutnya?

Setelah membaca tugas tersebut, satu persatu mahasiswa jatuh pingsan. Namun dasar dosen killer, ia tak kuatir dengan hal itu, ia hanya kentut dan kemudian tersenyum sadis.

Filosofi Kentut (bag. 2)

Diposting oleh Ali Kopyor 0 komentar

Aku berjalan sembari menunggu bis berikutnya yang menuju ke jurusan yang sama. Udara sudah mulai panas namun aku terus berjalan hingga 15 menit kemudian bis yang aku tunggu berhenti di depanku. Bis penuh dengan penumpang sehingga aku harus berdiri. ”tak apa-apa” pikirku, yang penting aku bisa sampai ke kos untuk mandi trus pergi ke kampus karena ada kelas siang. Lima menit berlalu tak ada yang terjadi, namun ketika di menit ke enam, seorang ibu-ibu muda berkata yang ditujukan ke supir ”Saya turunkan dihalte terdekat, bis ini bau banget. Aku nggak tahan”. Beberapa orang mengiyakan bahkan ada yang bilang kalau supir dan kondektur juga mengangkut kambing selain penumpang manusia. ”Kambing lagi?” pikirku ngenes. Aku yakin mereka ngomongi aku, tapi aku bertekad untuk tidak turun dari bis. Siapa yang merasa nggak tahan dengan bau badanku, silahkan turun. ”aku harus bertahan” tekadku. Saat berada di halte terdekat ternyata bukan hanya ibu-ibu muda itu yang turun dari bis, melainkan semua penumpang kecuali aku. Bis kembali berjalan dan hanya berpenumpang satu orang saka. Aku. Senang rasanya bisa merasakan kemerdekaan mencari tempat duduk yang paling aku suka. Senyumku berhenti ketika bis tiba-tiba juga berhenti. ”Jadi kau yang membuat seluruh penumpangku turun? Pantes saja semua nggak tahan dengan bau badan kau yang seperti kambing habis push up 1000 kali.” katanya dengan logat bataknya ”Turun kau!!!!” bentaknya kemudian. Nyesek rasanya, apa salah kambing sampai disudutkan sebegitu rupa. Kasihan juga bila para kambing harus push up 1000 kali. Aku aja Cuma tahan 5 kali saja apalagi para kambing tak berdosa itu (duh gusti mengapa aku menulis tokoh yang begitu bodoh. Harusnya dia prihatin dengan dirinya sendiri, malah prihatin ama kambing). Nanti saja mikirin kambing, aku harus cari bis lagi agar bisa cepat sampai di kos dan tidak terlambat pergi ke kampus. Lumayan lama sampai ada bis yang mau aku stopin. Bis berhenti, aku masuk memalui pintu depan, dua langkah dalam bis tiba-tiba supir bis berteriak. ”Kau turun lagi. Aku hanya mengangkut manusia, aku tidak mengangkut kambing”. Astaga kambing lagi kambing lagi, aku harus minta ma’af pada nenek moyang kambing. Aku memandang sebentar ke arah penumpang yang seluruhnya menutup hidung, kemudian aku turun dengan muka memelas. Aku tak percaya, sebau apakah diriku. Aku coba mencium ketekku sendiri dan ”brukkkkkkk” aku terjatuh. Pingsan.
Aku tersadar saat seekor anjing mengencingin mukaku. Dasar anjing!!!! Emang anjing sih. Tapi aku lagi marah dan ingin mengumpat anjing itu. Masak aku mengumpat ”dasar babi!!!”? bukakankan dia anjing. Oh aku tahu umpatan yang tepat buat dia ”dasar anjing kuraup, nggak pernah disekolahkan orang tuannya, suka ngintip cewek mandi, boros, nggak mungkin kaya lu”. Kepanjangan ya? Sudah lah. Aku yakin sekarang aku tidak bau kambing lagi, api bau kencing anjing juga. Aku harus mandi.
Berjalan menyusuri jalan tanpa berkeinginan menyetop bis lagi. Satu keinginanku. Menemukan empang atau sungai kecil untuk mandi. Setelah berjalan sekitar 10 menit do’aku terkabulkan (rasanya belum ada berdo’a apa-apa), aku menemukan empang kecil dan tak ada orang disana. Sempurna.
Aku berlari kecil menuju empang, namun ternyata aku tak sendiri, ada lima bocah laki-laki yang juga hendak bermain di empang. Mereka kira-kira berumur 7 sampai 10 tahun. Secara bersamaan melepas seluruh pakaiannya. Jangan kuatir, ini bukan adegan porno meskipun mereka telanjang. Apa anehnya anak kecil telanjang, apalagi mereka masih belum benar-benar tahu apa itu malu. Bagaimana dengan aku? Bila aku pakai celana dalam trus nyebur ke empang, bagaimana aku membawanya ke kampus? Mengingat nggak ada waktu lagi untuk pulang ke kos terlebih dulu. Setelah aku menyapu pandang (kosakata baru?) sekitar empang, ternyata hanya ada 5 anak dan aku. Aku pikir aku tak perlu malu bila aku berendam di empang telanjang, mengingat airnya yang lumayan keruh sehingga tidak mungkin anak-akan itu melihat sesuatu yang belum mereka punyai. Namun masalahnya bagaimana dari tempat menaruh baju dan tas ke dalam empang? Nggak mungkin aku telanjang. Bisa-bisa kelima anak itu kesurupan karena dikira sedang melihat hantu? Rasanya aku punya ide. Idenya adalah pakai daun pisang saja, yang penting bisa menutupi bagian terlarang itu. (para pembaca cewek tolong jangan membayangkan yang terlalu gimana. Tokoh kita satu ini nggak ada seksi-seksinya. Kalau horror sih iya). Mula-mula aku memotong daun pisang dengan tangan. Kemudian aku lepaskan satu persatu bajuku. Daun pisang aku tutupkan di daerah sensitif itu. Aku jadi teringat orang yang membuat kue tradisonal yang terbuat dari pisang dan tepung yang kemudian dibungkus daun pisang. Yummy.
Aku berjalan menuju empang dimana tangan kanan memegang daun pisang untuk menutupi daerah depan sedangkan tangan kiri untuk menutupi wilayah belakang. Tapi langkahku tiba-tiba terhenti. Ada 3 ekor kambing yang menghalangi jalanku. Kambing I memandangku, aku balik memandangnya. Kami saling pandang. Kambing betina itu mungkin berharap aku bisa jatuh cinta pada pandangan pertama. Jangan mimpi!!!! Itu tak mungkin terjadi. Kambing II adalah kambing jantan. Awalnya ia memandang ke arah daun pisang, tapi aku pikir ia ingin melihat dibalik daun pisang ini. Sorry sorry jek, aku masih normal. Kemudian ia memandangi wajah, aku memandangi dia sejenak, kemudian aku buang muka. ”Emang gue laki-laki apaan????”. kambing III adalah bandot tua. (btw bandot itu apaan?) kalau kambing jantan tua disebut bandot. (trus mengapa menyebutnya dengan bandot tua? Pemborosan kata dong). Tapi kalau kambing betina tua apakah disebut bandot juga, ya? Sudahlah.... nggak penting banget. Terjadilah percakapan telepati antara manusia dan kambing.
Aku                 : Atas nama manusia aku minta ma’af pada kaum kambing karena manusia sering sekali memojokkan kaum kambing. Hari ini sudah ada ada 3 orang yang mendiskriditkan kaum kambing. Intinya mereka menganggap kambiang adalah binatang yang paling bau.
Kambing III    : Kami tidak keberatan kalau kalian menganggap kami bau. Kenyataannya kami malas mandi. Lagian kalau kami sering mandi, mana ada kambing wangi. Bukan kambing namanya kalau wangi.
Aku                 : *mengangguk-anggukkan kepala kayak bandot
Kambing III    : Tapi kami sangat keberatan dengan pelecehan seksual yang dilakukan manusia pada kambing-kambing betina.
Aku                 : pelecehan seksual?
Kambing III    : kambing-kambing betina yang habis beranak selalu menghasilkan susu yang banyak. Manusia dengan seenaknya mengelus-elus susu kambing betina kemudian memerahnya. Kami para kambing jantan tak pernah bisa melakukan hal itu. Merekapun tak pernah mau bertanggung jawab.
Aku                 : aku setuju. Karena kalau di kalangan manusia, bila seorang laki-laki berani melakukan hal itu pada perempuan, mereka harus bertanggung jawab dengan menikahinya.
Kambing III    : selain itu kaum manusia sering melanggar Hak Asasi Kambing. Mereka sering mengambil susu dari induk betina sedangkan anak-anak kami hanya diberi sisanya saja. Padahal susu sepenuhnya menjadi hak para anak kambing.
Aku                 :  Aku akan mengusulkan pada pemerintah untuk membentuk kementrian Hak Asasi Kambing. Aku janji


Sementara terjadi percakapan telepati, tanpa aku sadari kambing I dan II nyaris menghabiskan daun yang aku pegang di kedua tangan. Aku bergeser menjauh, namun keduanya mengikutiku. Mereka seakan-akan ingin memperkosaku. ”Tidakkkkkkkkkkkkkkkk!!!!” sangat-sangat tidak keren diperkosa oleh para kambing. Akupun berlari ketakutan dan langsung nyebur ke empang yang berisikan 5 bocah yang sedang bermain-main. Setelah berada di dalam empang barulah aku merasa aman dari kejaran para kambing biadab itu. Namun ternyata air empang itu benar-benar dingin, walau matahari sudah mulai panas. Mungkin karena masih pagi sehingga air empang menjadi cukup dingin. Mula-mula aku menyapa bocah-bocah itu yang tak lama kemudian aku telah ikut bermain bersama mereka. Ternyata cukup menyenangkan bermain-main bersama mereka. Aku jadi teringat masa lalu aku di kampungku. Beberapa orang yang berlalu lalang di sekitar empang adalah kaum laki-laki yang hendak ke sawah atau ladangnya, sehingga kami tak perlu malu, apalagi yang terlihat oleh mereka adalah kepala kami, sedang badan kami terendam dalam air yang berwarna coklat tanah.
Saat bermain-main bersama kelima anak itu, tiba-tiba otot betisku kram. Sakit sekali sehingga aku tak bisa bergerak apalagi berenang. Aku hampir tenggelam, namun kelima anak itu membantuku berenang ke tepi empang. namun ketika hampir di tepi empang tiba-tiba salah satu dari mereka berteriak. ”Ada cewek lewat!!!!”. semua anak langsung bergegas keluar empang meninggalkan aku sendiri. Kelima bocah itu menyambar bajunya dan berlari meninggalkan tempat empang. Aku sendirian di tepi empang dengan kondisi kesakitan. Datanglah cewek yang dimaksud bocah-bocah tadi dan menghampiriku ”Abang kenapa? Kok kesakitan begitu? Kram ya? Aku bantu naik ya?”. Mati aku. Ada cewek cantik di depanku. Tapi aku dalam keadaan bugil. ”Aku nggak apa-apa, kok. Aku sedang terapi untuk pernafasan, aku sakit maag, eh asma” kataku bohong sembari meringis menahan sakit. Tiba-tiba aku merasa ada yang menginggit pada alat paling vital (tal...tal...tal- pakai echo). Aku menjerit kesakitan. ”Kenapa, mas?” tanya cewek itu ikut panik. Aku menjerit lagi kemudian hanya bisa menagis tak tahu harus berbuat apa. Keluar dari empang artinya bunuh diri dengan memperlihatkan harta paling berhargaku pada cewek yang baru aku kenal. Tapi bila tetap berendam dalam empang, maka bahaya gigitan lele atau binatang apa itu akan menjadi bahaya terbesarku. Aku tak mau masa depanku hanya ditentukan oleh seekor lele. Aku menangis bertambah nyaring. Cewek itu bertambah panik ”Kenapa abang menagis?” tanyanya. ”Aku hanya ingat sama mantan pacarku yang mirip denganmu. Ia mati digigit ikan lele” bohongku disela-sela tangis.
Dalam keadaan normal, bertemu gadis cantik adalah anugerah. Namun dalam keadaan seperti ini, aku lebih bersyukur kalau dia tidak ada disini. ”Mbak, bisa minta tolong?” aku punya ide ”Bisakah mengiring ketiga kambing yang ada disana. Aku alergi pada kambing, sedang bajuku ada di dekat sana”. Ide cemerlangku langsung di laksanakan oleh cewek yang entah siapa namanya itu. Masih dengan kesakitan aku keluar dari empang dan berlari mengambil baju dan segera mungkin memakainya. Dari jauh aku melihat cewek itu masih menggiring kambing entah kemana. Ia menggiring ketika kambing itu jauh sekali, jangan-jangan cewek itu adalah pencuri kambing. Mungkin saja. Perduli amat, aku bukan pemilik kambing itu. Selamat tinggal cewek yang aku nggak tahu namanya. Selamat tinggal kambing I, II dan III.

Bersambung ke bag.3 .......

Filosofi Kentut (bag. 1)

Diposting oleh Ali Kopyor 1 komentar

Kentut adalah keluarnya gas yang berasal dari perut melalui ”knalpot” alami kita. Tak seorangpun di dunia ini yang tidak pernah kentut. Mulai dari bayi sampai orang tua pasti tak luput dari yang namanya kentut. Secara disengaja atau tidak, gas yang ada di perut harus dikeluarkan. Bila tidak, maka dapat dipastikan kita memerlukan tenaga dokter atau ahli medis lainnya untuk mengeluarkannya. Berdasarkan dari kenyataan itu, maka jangan sungkan-sungkan untuk kentut. Kentut itu sehat. Hidup kentut!!!!.
Suatu pagi aku balik dari rumah orang tuaku menuju kos yang ada di pusat kota (bohong lagi.... yang benar di pinggir kota. Cenderung ke pelosoknya deh). Aku duduk di deretan tengah, karena di bagian depan telah penuh oleh penumpang lain. Bermaksud untuk sarapan, aku merogoh tas punggung karena emak sengaja membuat bekal untukku. Tapi ”Astaga” aku tak menemukanya. Aku keluarkan semua isi tas, tapi bekal nasi pecelku telah lenyap. Jangan-jangan ada copet disini. Cepet-cepet aku merogo saku celanaku, ternyata dompetku masih ada. Aku buka dompetku, seluruh uangku masih utuh disana (seluruh? Hallo!!!!! Di dompet hanya ada Rp.4.500,- dan itu adalah seluruh uang yang ada). Apa mungkin sekarang telah muncul modus operandi baru? Copet khusus bekal makanan. Ini bahaya besar, bahaya nasional. Bayangkan saja bila setiap anak yang mempunyai bekal untuk ke sekolah tiba-tiba hilang (bukan anaknya yang hilang. Tapi bekalnya saja). Seharusnya pemerintah mulai membentuk tim untuk menyelidiki dan mempelajari kasus ini. Kasus ini lebih nyata ketimbang kasus korupsi yang bagai menara gading itu. Di Indonesia, kasus pencuri ayam, pencuri mangga, pencuri kelapa, lebih nyata ketimbang kasus-kasus korupsi yang selalu abstrak dan tak terbaca. Mencuri ayam atau tidak, kalau kamu telah disangka mencuri, maka kamu dapat dipastikan akan mendekam di bui. Tapi orang yang jelas-jelas korupsi, belum tentu akan mendekam di bui juga. Orang yang mempunyai banyak uang memang bisa melakukan apa saja, termasuk memelintir pasal-pasal KUHP agar selamat dari jeratan hukum. Tapi jangan kuatir, hal itu udah majemuk di lakukan orang-orang nggak tahu malu itu (jangan pesimis dong!!!). Rakyat awampun sebagai menonton hanya bisa mengelus dada sambil berkata ”itu mah sudah biasa”. Itulah ajaibnya negeri kita, hal buruk yang telah membudaya seakan bukan menjadi sesuatu yang buruk, bahkan bisa menjadi sesuatu yang wajar. (penulis mengingatkan. kesatu: kita tidak sedang ngomongi politik, kedua: kita sedang ngomongi rangsum kamu yang hilang, ketiga: mengacu pada nomor kedua)
Baiklah. Aku lupakan saja makananku yang hilang itu. Positif thinking saja, mungkin makanan itu ketinggalan di rumah orang tuaku. Astaga!!!!!!!!!!!!! Aku baru ingat. Emakku tadi bilang akan membuat bekal sarapan. Pertanyaannya: bekal sarapan buat siapa? Buat aku, anaknya, Atau buat bapakku, suaminya? Bila dilihat dari faktor sayang, sudah jelas emakku lebih sayang sama suaminya (Beliau bapakmu), kalau faktor perhatian, jelas bapakku yang memberikan nafkah pada istrinya (beliau emangmu), sedangkan aku adalah mengurangi jatah nafkah dari bapak ke emak. Jadi dapat disimpulkan dengan jelas bahwa rangsum itu dibuat untuk bapakku, dan bukan buatku. Kasus ditutup. Titik.
Walau masih pagi, udara terasa sangat panas dalam bis yang lebih layak menjadi penghuni musium ini. Penumpang juga mulai memadati bis yang mulai berjalan lambat saking penuhnya. Di sebelahku duduk seorang ibu muda yang dari pertama kali datang menutup hidungnya dengan sapu tangan. Syukurlah, agar tidak menularkan flu yang dideritanya, ibu muda itu cukup tahu diri dengan menutup hidungnya. Aku jadi merasa tenang dan tidak kuatir tertular penyakit meler itu. Tapi...........? saat aku melihat kedepan, kebelakang, kesamping kiri, samping kanan, semua orang sedang menutup hidung masing masing (ya iya lah. Masak menutup hidung orang sebelahnya?). Apakah sedang ada wabah penyakit sehingga semua orang terjangkit flu secara bersamaan? Untung saja kekebalan tubuhku cukup kuat sehingga aku sendiri yang tidak terjangkit. Seorang mahasiswi menatapku dengan pandangan yang menghujam, seakan sangat kesal dan marah. Apa salahku? Aku hanya diam saja, aku juga tak mengganggu siapapun. Perlu digaris bawahi: Aku hanya diam saja dari tadi. Atau dia cemburu karena semua orang dalam bis terjangkit flu kecuali aku? Jangan salahkan aku. Aku tak mengganggu siapapun. Itu juga perlu di garis bawahi. Ok aku ulangi kalimatnya dengan menggunakan garis bawah: Aku tak mengganggu siapapun. Mungkin lebih meyakinkan bila diulangi dengan menggunakan HURUF BESAR dan garis bawah : AKU TIDAK MENGGANGGU SIAPAPUN. (sebenarnya penulis hendak mengedit bagian tidak penting ini. Namun mengingat kemerdekaan berpendapat dan berekspresi maka penulis memutuskan untuk tidak membuang bagian itu). Mula-mula satu atau dua orang yang memandang aku dengan sinis, lama-kelamaan hampir semua orang yang dekat denganku memandang dengan penuh kebencian. Tuhan..... apa salahku? Kemudian aku berfikir keras. Mataku kupicingkan dan keringat deras mengucur dari dahiku (itu bukan ciri-ciri orang sedang berfikir. Itu lebih mirip orang yang sedang buang air besar). Bagaimana kalau orang-orang ini tidak sedang flu melainkan menutup hidungnya karena mencium sesuatu? Kentut misalnya. ”Demi tuhan aku tidak kentut, swear!!!” kataku meyakinkan melihat bertambah banyaknya orang yang memandang sinis padaku. Seorang laki-laki menjawab ”Kamu memang tidak kentut. Tapi bau badanmu kayak kambing yang habis fitnes di gurun pasir”. Aku langsung berdiri ”stop ... stop” kataku pada supir bis yang terkejut yang langsung menginjak rem. Aku lari keluar seperti copet ketahuan massa. Aku berlari buka karena malu, aku hanya bingung, emang ada kambing yang fitness? Trus bagamana bisa di gurun ada tempat fitness? Benar-benar nggak masuk akal.
Bersambung ke bagian dua...........

Anjing Bernama Bambang (Bag. 2)

Diposting oleh Ali Kopyor 0 komentar

Jam 09:12:03 aku menghafalkan kalimat-kalimat yang mungkin aku gunakan saat kencan pertamaku. Aku sudah menulisnya saat aku di SMU. Aku hanya mengganti namanya saja. Dulu kalimat-kalimat itu rencananya akan aku gunakan untuk merayu gebetanku di SMU, silvia, gadis paling cantik di sekolah. Bukan aku saja yang mengakui bahwa dia cantik. Tukang kebun yang masih bujangan itu, juga mengakui dia seperti bidadari. Tapi waktu itu nasibku sangat buruk sekali, (Koreksi: sangat buruk atau buruk sekali. Jangan pakai keduanya. Pemborosan kata tau!) dia akhirnya jadian dengan tukang ojek yang aku suruh mengantarkan surat cinta pertamaku. Ya sudah lah, lagi pula aku tidak sedang ingin mengingat hal itu. (kebiasaan kalau cerita sesuatu pasti melebar kemana-mana. Fokus Monyet eh Menyot!!) sorry... sorry. Sampai dimana tadi? Oh ya, aku sedang menghafal kalimat rayuan untuk si Rinrin. Aku akan membacakan puisi untuk dia, begini isinya:
Putri Impianku
Karya: Ali Kopyor alias Menyot

Setiap malam aku tak bisa tidur nyenyak
Mungkin karena memang banyak nyamuk
Tapi lebih karena aku selalu memikirkan kamu.

(Sebelum puisi dilanjutkan, coba pikir dulu. Kamu baru dua hari kenalan, tapi ngakunya setiap hari tidak bisa tidur, kira-kira dong bohongnya. Ok lanjut)

Cintaku bagai bisul yang akan meledak (hubungannya apa, coba?)

Dasar penulis kamprettttttttttt. Gue bikin puisi aja direcokin. Lama-lama benar-benar aku boikot tulisan lu. Puisi-puisi gue, mau bikin apa, terserah gue dong.

(Mohon ma’af para pembaca. Kalimat diatas bukan bagian dari puisi ya. Dia lagi marah ke saya. Ok lanjut bro, mohon ma’af lahir dan batin)

Aku memang diciptakan untukmu
Bila kau adalah gayung maka aku adalah airnya (untuk cebok mas?)
Bila kau adalah rambut maka aku adalah ketombenya (please deh, nggak ada yang lain tuh?)
Bila kau adalah hidung maka aku adalah upilnya (emang suka yang jorok-jorok lu)
Bila kau adalah gigi maka aku adalah jigongnya (ampun deh, nggak kreatif banget)
Bila kau adalah sarang maka aku adalah burungnya (Yang ini agak benar dikit)

Kau memang diciptakan untukku
Parasmu bagai rembulan (jadul amat sih)
Nafasmu tak wangi, tapi aku tetap suka (gila, jujur amat, pasti bau naga)
Matamu bagai temaram lampu 5 watt (????????)
Dan aku sangat mencintaimu (ok lah)
Selesai (perlu?)

(Truss hubungan antara judul sama isi puisi apa? Nggak nyambung banget)

Sebenarnya puisiku diatas cukup bagus. Hanya karena penulisnya yang sableng jadi nggak karuan begitu. By the way bus way, setelah aku ngapalin tuh puisi selama 2 jam (nggak perlu dijelaskan menit ama detiknya, nggak penting kaleee) akhirnya hapal juga. Tiba-tiba ibu kos yang budiman ngantarin aku rujak mangga muda. Ya lumayan lah, meskipun tidak lagi ngidam, kalau udara lagi panas pasti enak juga. Setiap anak yang kos di beri jatah satu piring, dan berhubung Joko tidak sedang ada dikamar, aku embat juga jatahnya.
Kalau kita memakan yang bukan hak kita, biasanya akan terjadi sesuatu. Begitu juga dengan aku, gara-gara makan rujak mangga muda jatah Joko, aku jadi sakit peyut (baca: perut). Sudah 22 kali aku jongkok di toilet. Air di bak mandi juga sudah habis, aku gunakan untuk kegiatan ini. Akhirnya aku coba cebok ala bule. 3 gulung tissue toilet juga ambas untuk membersihkan knalpotku. Tapi paling tidak aku sudah jarang ke kamar kecil lagi. Namun begitu air dan semua tissue telah lenyap dari pandangan. Aku bosan bolak-balik ke kamar mandi, akhirnya aku putuskan untuk membeli pempers untuk manula. Pergilah aku ke sebuah warung. Begitulah conversation (baca: percakapan) kami:
Tapi sebelumnya, agar enak di baca maka aku akan menyingkat namaku dan nama si tukang warung yang oon bin ajaib itu: AKAM = Ali Kopyor alias Menyot, TWYOBA = tukang warung yang oon bin ajaib.
AKAM            : Pak, ada alat yang bisa menyerap atau menyedot sesuatu? *sambil malu-malu
TWYOBA      : *nggak ngomong, cuma berfikir trus kembali membawa vacum cleaner
AKAM            : *nggak ngomong, aku hanya membayangkan kalau knalpotku di sedot pakai vacuum cleaner. Aku menggeleng.
TWYOBA      : *nggak ngomong, menunjuk sama spons yang biasa dipakai untuk mencuci perabot dapur.
AKAM            : *nggak ngomong, aku hanya membayangkan kalau knalpotku diganjal menggunakan benda kuning berlapis hijau itu. Aku menggeleng lagi.
TWYOBA      : * ikut menggeleng
AKAM            : *Aku bingung mengapa dia ikut menggeleng. Dasar plagiat.
TWYOBA      : * nggak ngomong, berfikir sejenak, berjalan menuju rak dibelakangnya, kembali membawa softek.
AKAM            : *Aku mengangguk, kemudian menggeleng penuh semangat. Aku tidak sedang mens tapi menscret.

Datanglah seorang nenek-nenek dengan membawa tongkat, kita singkat NNDMT,

NNDMT         : Cu, ada pamper untuk manula?
TWYOBA      : Ada nek, ukuran apa? *aku di cuekin. Dasar kampret!!! aku pikir TWYOBA bisu.
NNDMT         : Ukuran M saja, Cu. Kalau ukuran XL suka lepas sendiri kalau pas bangun pagi. Tahu-tahu kasur sudah basah semua.
TWYOBA      : Makanya kalau malam jangan minum banyak-banyak sebelum tidur. Biar paginya nggak ngompol

Pertanyaanku: Apa pentingnya coba ngomong begitu ke pembeli? Suka-suka dong, mau minum kek, mau makan kek, mau nonton tipi kek, terserah dia. (karena objek adalah nenek-nenek maka kalimat barusan dirubah menjadi: Suka-suka dong, mau minum nek, mau makan nek, mau nonton tipi nek, terserah dia). Misalnya nenek itu malamnya minum sebelum tidur, mau minum susu, mau minum teh, mau minum kopi, atau minum coklat sekalipun apa perduli TWYOBA. Saudara bukan, suami bukan, anak bukan, cucu bukan, apalagi juga bukan selingkuhannya. Perduli amat, nenek itu hanya mau beli pampers doang. (Pertanyaaan penulis: emang penting, ya untuk di bahas? Lanjuttttttttttttt!!!!!!)

AKAM            : Ok (itu bukan bagian dari percakapan)
TWYOBA      : Waduh, nek. Sisa yang ukuran XL doang. Itupun tinggal satu-satunya.
AKAM            : *aku tidak ngomong. Cuma berfikir. Karena aku baru ingat bahwa yang sedang aku cari adalah pempers ukuran extra large
NNDMT         : Kalau tinggal satu-satunya ya nggak apa-apa deh, cu
AKAM            : Aku beli duluan, aku sudah bilang
TWYOBA      : ??????? (7 tanda tanya? Maksudnya?)
AKAM            : Aku sudah bilang. Dalam hati. Tadi.
TWYOBA      : ??????? (masih dengan tanda tanya yang banyak?) memangnya aku paranormal, bisa tahu isi hatimu?
AKAM            : dari tadi aku minta alat yang bisa menyerap. Pampers itu adalah alat yang bisa menyerap atau menyedot pipis dll
 TWYOBA     : vacuum cleaner, spons, handuk, kain, pembalut wanita, pompa penyedot asi, semuanya fungsinya sama. Menyedot dan menyerap. Kamu beli yang mana?
AKAM            : Pampers
TWYOBA      : Aku tidak ada menyebutkan pampers.
AKAM            : Tapi aku belinya pampers, bukan pembalut wanita.
NNDMT         : Kamu harusnya ngalah sama nenek-nenek, cu
AKAM            : Lain kali aku ngalah nek, kali ini aku tidak bisa ngalah.
NNDMT         : #@*&#***&@*## (maksudnya apa, coba?)

Ketika TWYOBA memberikan pampers itu kepada NNDMT, aku merebutnya dan langsung membayar sesuai label harga yang menempel pada bungkus pampers. Benda itu aku gunakan untuk menutup bagian knalpotku yang sudah mulai basah. Aku terpeci**t.

Sesampai di kos, aku gunakan benda hasil perjuanganku melawan seorang nenek-nenek itu. Pertanyaannya bagaimana cara memakainya? Apakah sama cara seperti pemakaian pembalut wanita? Pertanyaan berikutnya: apakah aku tahu cara memakai pembalut wanita? Tentu tidak, karena aku laki-laki dan bukan dokter. Nah lu.....
Tiba-tiba aku teringat tetanggaku yang mempunyai anak bayi. Mereka juga memakaikan pampers pada bayinya. Kemudian aku mempraktekkan cara mereka memakaikan pampers tersebut. Aku rentangkan pampers lebar-lebar diatas tempat tidur. Kemudian aku tidur terlentang di atasnya, baru aku eratkan. (demi Tuhan tolang jangan bayangkan. Amit-amit jabang bayi). Akhirnya aku sukses memakai tuh pampers. Pertanyaan lain kembali muncul, bagaimana aku memakai celana panjangku? Awalnya aku coba pakai sarung, namun aku terpikir akan kencan pertamaku bersama Rinrin. Apa jadinya bila aku kencan dengan menggunakan sarung. Akhirnya masalah ini terpecahkan juga ketika aku menemukan cenalaku ketika aku berbobot 93 kg beberapa tahun yang lalu. Ketika aku pakai, aku sedikit terlihat lebih gemuk karena ada pampers yang menganjal. Tapi tak apalah. Yang penting kencan jalan terus.
Seperti diawal tulisan ini, aku tengah berjalan menuju rumah Rinrin. Udara cukup dingin ditambah kondisi perutku yang belum beres. Seorang teman menegurku dan bertanya kemana aku pergi. Sebelum mulutku menjawab, knalpotku terlebih dulu menjawab ”pret, prettt, pret, prettttttt, pret” suara kentutku seakan menjawab ”mau ketemu pacar tercinta”. Dengan muka aneh temanku menjauh seakan menjauhi tempat sampah.
Sampailah aku di rumah kekasihku tercinta, Rinrin. Pagar rumah cukup tinggi dengan warna gelap (lebih gelap dari warna kulit menyot) dan pandangan tidak bisa langsung pada rumah yang ada didalamnya. Aku dorong pintu gerbang yang besar dan berat itu namun tiba-tiba ”gukk, gukkk, gukkkkk”. Anjing ada ancrit....!!!! eh salah..... Ancrit ada anjing.....!!! Untung saja aku belum membuka lebar-lebar gerbang itu, sehingga dengan cepat aku tutup kembali seperti semula. Anjing terus mengonggong, sementara aku ketakutan sampai terkencing. Tapi aku bersyukur, aku kan pakai pampers, jadi nggak bakal tembus. Kecuali kencingku sampai dua liter. Terdengar seseorang memanggil-manggil ”Bambang, masuk”. Kata itu diucapkan berulang-ulang dengan sedikit membentak. Dengan memberanikan diri akhirnya aku memasuki gerbang besar itu. Mungkin Rinrin mengenalkan namaku dengan sebutan ”Bambang” pada keluarganya. Didalam aku lihat seekor anjing besar yang mulai berhenti menggongong bersama seorang laki-laki setengah baya. Aku yakin orang itu adalah ayah Rinrin dan anjing mereka. ”Bambang, masuk” katanya lagi lebih ramah dari sebelumnya. Aku berjalan menuju pintu ruang tamu, anjing itu juga. Saat di teras, kembali laki-laki itu menyebutkan perintahnya ”Duduk, Bambang!!”. aku jadi bingung karena aku tidak melihat tempat duduk selain di dalam rumah. Akupun jongkok, anjing itu juga melakukan hal yang sama. Laki-laki yang aku sinyalir adalah bapaknya Rinrin menatapku aku dan anjing itu secara bergantian. Mukanya tetap sangar, namun ada tersirat wajah keheranan. ”bangun!!!” bentaknya yang kontan kami (menyot + anjing) langsung berdiri. Aku tak tahu warna mukaku lagi karena ketakutan menghadapi camer (mungkinkah?), anjing galak dan perut yang masih melilit.
”Cari siapa kamu?” tanyanya tentu saja padaku, nggak mungkin nanya ke anjing itu. Pertama, anjing itu kan memang tinggal di rumah ini, untuk apa ditanya seperti itu. Kedua, anjing kan pasti nggak bisa jawab. Jadi pertanyaan itu pasti untukku ”guk, guk, guk” jawabku menggonggong. Astaga saking takutnya aku jadi ikut menggonggong. ”cari Rinrin, pak” kataku kuralat. Mata bapak itu bertambah melotot, aku terkencing lagi. untuk kedua kalinya aku masih selamat. Pampers masih cukup kuat menampungnya. Tak lama kemudian ”preeettttttttttttt”, knalpot racingku kembali mengeluarkan suaranya. Sepertinya pantatku tak lagi bisa di kendalikan. Kentut datang dan pergi tanpa diundang. ”tutttttttttt” terdengar kembali suara paling aku benci itu, apalagi saat bertemu calon mertua. ”Bambang. Kamu kentut?” tanyanya dengan suara melengking. ”Bukan saya, pak” teriakku bohong. Bapak itu hanya menggeleng. Aku tak tahu maksudnya. Bapak itu kemudian meletakkan makanan anjing pada piring yang ada di lantai dan kemudian berkata ”bambang, makan!!!”. aku bingung setengah mati. Ini mungkin menguji mentalku sebelum bertemu dengan anaknya. Tapi makan makanan anjing? Nggak deh. ”Bambang, Makan!!!” bentaknya yang langsung aku lakukan dengan mendekati makanan dipiring itu. Anjing itu juga melakukan yang sama. Namun ketika aku hendak mengambil makanan itu lelaki garang itu teriak ”ngapain kamu ikut-ikutan. Itu makanan anjing, goblok!!!!” aku menatap wajah laki-laki itu dengan memelas. ”Bapak kan, yang menyuruh saya” jawabku dengan gemetar. ”Memang namamu bambang?” tanyanya dengan cepat dan kujawab dengan cepat pula ”bukan”. ”Lalu ngapain kamu ikut makan makanan anjing itu. Makanan itu khusus untuk Bambang” jelasnya sambil menunjuk anjing yang sekarang dengan lahap menyantap makanan malamnya. Jadi yang namanya bambang itu adalah anjing disebelahku ini. Duh gusti....
”Rinrinnya ada om?” tanyaku tiba-tiba mengalihkan perhatian. ”Kamu Menyot, ya? Nggak ada nama yang lebih baik?” katanya balik bertanya. ”Itu nama panggilan. Nama saya Ali Kopyor” jawabku sopan. ”Itu juga bukan nama yang bagus” katanya sinis sembari melangkah menuju pintu ruang tamu ”Masuk!!”. Aku berjalan mengekor dibelakang di ikuti si Bambang dibelakangku. Aku buru-buru masuk rumah karena sepertinya mulut Bambang sudah ada di kakiku. ”Brukkkkkk” aku menubruk calon mertuaku (kepedean banget sih). Bapak Rinrin tidak komentar, tapi dari raut wajahnya mensiratkan kejengkelan. ”duduk!!!, Rinrinnya masih mandi. Tunggu saja!” perintahnya sembari duduk di sofa yang cukup jauh dari kursi yang akan kududuki. Akupun duduk di kursi kayu yang lebih familiar sebagai kursi makan ketimbang kursi tamu. Parahnya Bambang ikut duduk di bawah kursiku. Rasanya jantungku berdetak 3 kali lebih cepat dari biasanya. Takut dengan anjing dan bapaknya (bapaknya Rinrin, bukan bapaknya anjing). Apalagi anjing itu seakan tidak menyukai kehadiranku, ia sepertinya tak berhenti menggeram. Lengkap sudah penderitaanku ketika perutku terasa lebih sakit daripada sebelumnya. ”Tutttttttttt” lepaslah satu gas dari knalpotku. Bambang menggeram lebih keras. ”Bambang......!!!” Seru bapak Rinrin memperingatkan. Syukurlah dia pikir si Bambang yang kentut. Selamat.... Selamat.... namun tak lama kemudian perutku memproduksi gas lagi ”prettttttt” kali ini lebih nyaring. Bambang kembali menggeram. ”Bambang......!!!!” Bapak Rinrin memperingatkan dengan lebih nyaring. Aku tertawa dalam hati. Aku yang kentut, anjing malang ini yang jadi korban. Ada untungnya juga dia duduk tepat di bawah kursiku. Namun ketawaku dalam hati belum sirna lagi, giliran bunyi meriam dari knalpotku ”Tutttttt tuuuuttttt preettt brottttttt brrrroooottt”. Kulihat bapak Rinrin langsung berdiri ”Bambang....!!!!!!!!” katanya lebih nyaring dari sebelumnya ”Minggir kamu!!!!! Nanti dia BERAK disitu”. Oh tuhan ternyata dari tadi bapak Rinrin tahu kalau aku yang kentut dan takut anjingnya kena imbasnya (dan ampasnya). Saking malunya aku langsung berdiri dan bermaksud meninggalkan rumah Rinrin. Namun sebelum sampai pintu tiba-tiba ”Brotttttttttttttttt brottttttttttttt brrooottttttttt” sebagai ucapan selamat tinggalpun terdengar. Kali ini bersama ampasnya, tapi lagi-lagi aku masih beruntung karena aku memakai pampers. Terima kasih oh pampers... kamu sangat berarti daripada KENCAN PERTAMAKU bersama Rinrin.

Teman-teman, kalian dapat salam dari Justin Bieber, Selena Gomes dan Joko. Mereka bilang kalian harus baca cerita-cerita konyol manusia aneh bin ajaib ALI KOPYOR alias MENYOT di www.AliKopyor.blogspot.com. Supaya kamu tahu cerita-cerita terbaru, silahkan follow di twitter @AliKopyor dan atau www.facebook/AliKopyor, (Kami saranin kamu menggunakan pampers saat baca blog ini, jadi kalau sampai terkencing-kencing, kamu akan aman) selamat membaca....... 









Designed by: alikopyor | Converted for Blogger by Blogger au bout du doigt and Blogger Mastering
Menyot 2011